Okey, back to topic, ceritanya
pengabdian saya punya bejibun program kerja, salah satunya adalah ngajar di TPQ
(Taman Pendidikan al Qur’an, red).
Nah di TPQ ini kami sekelompok bertujuh (2 cowo dan 5 cewe) jadi ustadz/ah
dadakan gituu. Hehe. Di tempat ini, saya ngajar anak kecil sekitar kelas 4 atau
5 SD. Kebetulan seumur dengan adik saya, Abdahu.
Sebelum masuk, ustadzah di TPQ ini memberi 3 orang yang katanya
sedikit wonderful. 3 orang ini butuh
intensif, jadilah 3 orang dari kami memprivat.i adik adik ini, salah satunya
saya.
Pertama saya ngajar, optimis banget, anak ini pasti bisa baca al Qur’an
meski basic nya adalah sekolah umum
yang notabene ngga banyak mata pelajaran agamanya. Saya subhanallah semangat
sekali :)
Trus ngga tau beberapa menit kemudian saya mulai jengah karena adik
ini ngga bisa bisa. Saya coba dengan menyuruhnya mengikuti apa yang saya
ucapkan. Dan dia tetep ngga bisa bisa, trus yang lebih menjengkelkan adalah
ni adik ga serius belajarnya, ketawa ketawa, padahal dia ga bisa. Okey, saya masih bertahan.
Hari Kedua, dengan lokasi, waktu dan sasaran yang sama. Segala jenis
metode saya coba. Adik ini juga belum nyambung, sampe rasanya ya Allah...
Pertahanan saya hampir habis, tapi saya berteguh, inget inget..puasa exma..
Dan hingga hari ketiga, si adik ini tetap saja. Untuk ketidakmampuan
dia, saya sih maklum, semuanya butuh proses. Tapi trus ketidakseriusan dia itu
lo yang bikin grrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr... -.-
Jujur aja, saya hampir nangis dan dalam hati saya pengen teriak*dengan
ekspresi depresi gituuh* : “YA ALLAH.. DULU SAYA BISA BACA CARANYA GIMANA
SIIIIIHHH??”
Finally, hari keempat, saya alhamdulillah bisa mengendalikan adik ini.
Dan saya merasa sudah ada kemajuan. Ustadzah TPQ yang sempat memonitoring kerja
kita tersenyum lihat kemajuan adik ini. Dan senyuman ustadzah ini yang bikin
perasaan sayaa... ah gimana yaaaa? Ga bisa dideskripsikaan :) :)
Dan...
Semua butuh proses. Fighting !!!
0 comments:
Post a Comment