Wednesday, July 4, 2012

Syuga Sonyaruri

Opini saya tentang novel ini :
Sebelumnya jujur saya baru ngerti kalau ada kehidupan pesantren yang seperti itu. Dengan keadaan (bebasnya) kehidupan ndalem..
Saya melihat ada sebuah kebebasan yang menurut saya itu luar biasa bebasnya, dan ironisnya itu menggunakan nama ‘karomah’, ‘wali’ dan ‘ngabdi’. Sejujurnya ketika membaca langsung ada perasaan : ‘Lho kok? Hm?’ yang menandakan ketidaktahuan, ketidakfahaman dan sedikit ketidaksetujuan. Mungkin itu semua karena saya yang kurang terbuka dan tidak tahu apapun yang terjadi di luar sana, padahal sepertinya settingnya ada di kabupaten tempat saya lahir, tinggal, dan tumbuh besar. Dan bisa jadi semua itu terjadi karena itulah kehidupan sastra, yang saya sebenarnya memang buta terhadap hal – hal yang berbau sastra. Hehe
Namun sejatinya tidak ada sesuatu yang tidak dapat di ambil hikmahnya. Dan terlepas dari kebudayaan ataupun peradaban dalam cerita itu, hikmah yang dapat di ambil kalau menurut saya kurang lebih terkait fananya dunia, semuanya cuma senang senang kan? Termasuk semua yang bersifat dunia, seperti kekayaan, kecantikan, dan lain lain. Selain itu, adalah konsep takdir. Apalah itu jadinya, jika itu adalah takdir, harus di jalankan kan? Dan semua itu bukan berarti buruk buat kita, karena Allah sayang sama kita dan Maha Mengetahuiii banget apa yang terbaik buat kita :) Dan di endingnya pun tokohnya menerima takdirnya kan? Hehe
Alhamdulillah, inilah opini saya tentang novel ini. Saya juga ngga ahli nge-resensi atau berpikir sekeren para pemikir yang menurut saya wow gitu. Hehe
Semoga kehidupan selanjutnya lebih baik. Amiin


Salam Manis,
Exma Mu’tatal Hikmah

0 comments:

Post a Comment

 

Write Your Memories Template by Ipietoon Cute Blog Design